Saturday, June 4, 2016

Jawaban Sang Waktu


Jawaban Sang Waktu

Ketika rasa yang tak tertahankan buatku tak mampu terlelap, hanya waktu yang ku tunggu tuk berikan sebuah jawaban yang tepat.

Bulan malam ini temaniku saat ku terjaga setelah sempat ku pejamkan mata, teringat saat yang lalu dimana masih bulan yang temani tangisi kerinduan. Saat dimana aku harus berjuang menahan segala rasa dengan air mata tanpa suara sendiri, malam dimana ku tak ingin melewatinya lagi. Bintang yang bernyanyi tak mampu cairkan hati, gelapnya sadarkanku akan kesendirian ini yang tak dapat tertahan lagi. Bukan karena ketiadaanmu berada disini seperti biasa, namun rasamu yang telah tiada buatku tertdiam saat semua tertawa dan tertawa saat semua berurai air mata.

Malam ini sungguh berbeda dari biasanya, hari yang penuh cinta seakan pudar, tiada hati yang tak dapat berdusta seakan berbicara dan bertanya, malam ini langit bersahabat, bulan dan bintang pun terlihat, lalu kenapa ada hujan disudut matamu?. Ini tentang aku dan dia, perjalanan yang telah kulalui hanya tetangnya. Masih dengan menunggu, menunggu bukan untuk kembali ke masa itu, menunggu kau mengerti rasaku, pengorbananmu, dan janji yang telah kau ucapkan sebelum kau tinggalkanku.

Rasa takut ketika langit mulai redup, menanggalkan birunya hingga gelap yang tersisa, sunyi desektitarku membuatku ingin mengenang lagu yang selalu ku tangisi. Ku merasa menjadi manusia yang sangat bodoh ketika ku harus melakukannya setiap hari, namun kusadari hanya dengan ini ku dapat mengakhiri sesak di hari ini. Berharap kau mampu membaca makna di balik sebuah puisi.

Sendiri, ku di malam yang sepi
Terpaku, ku dalam kesunyian
Pertanda, adanya kehampaan

Alunan, sendu lirih terdengar
Terkisah, pilunya kerinduan
Air mata, membaur dalam rasa

Malam, sampaikan salamku
Kepada bintangku
Disini ku masih menantimu

Kapankah kau kan kembali
Temani Malamku
Sebagai pengantar Mimpi Indahku
                    14 September 2011


Berharap mata ini tertutup saat senja, agar ku tak temukan malam, seperti malam sebelumnya. Pagi adalah suatu yang dinanti. karena kebersamaan mampu mengalihkanku sejenak dari kepedihan. Mata ini tak bisa berdusta, ku ingin mencarinya di tempat biasa dia berlalu, lewat jendela bus sekolahku. Ku tersenyum ketika ku menemukanmu di tempat itu walau kau tak mengarahkan pandanganmu untukku, seketika teringat ku kepada potret gadis cantik di dompetmu yang seketika mampu mengurai air mataku. Masa dimana ku mengerti ada yang berbeda, air mata saat ku terluka ini luar biasa, membuatku bertanya namun ku tak mampu menahannya. Rasa yang luar biasa dimana hati mudah berubah, ketika hadirmu mampu hentikan tangis seketika, dan mengentikan tawa menjadi air mata.

Kita dipertemukan dalam keterpurukan, tempat yang asing yang tak ingin kita masuki menjadi awal kisah kita. Tak saling menyapa, hanya terdiam tanpa ada rasa. Saat harap untuk saling sapa berubah menjadi hina, itu dapat di jadikan cerita lucu masa lau yang buatku bahagia jika ku kenang berasamamu. Ku ingin selalu mendengarmu bercerita kesan pertama saat pertama bertemu denganku, tak dapat ku menahan haru ketika ku tahu, kau terlebih dulu memperdulikanku. Orang yang tak terduga enah darimana asalnya, mampu berikan warna yang berbeda dalam perjalanan hidupku yang luar biasa.

Hinaan dan celaan yang menjadi candaan sehari-hari berubah menjadi perhatian ketika salah satu dari kami terlukan dengan ini. Hal yang biasa menjadi candaan berubah menjadi perasaan yang tak tergambarkan oleh muda mudi yang baru pernah merasakan ini. Hari berganti hari kini bukan keterpurukan yang mempertemukan kita, namun prestasi yang buat kita untuk saling bersama, diruang yang sama tanpa kata hanya beradu mata, canggung, dan bingung tak mengerti apa yang harus dilakukan. Kenangan yang mampu menciptakan air mata bahagia.

Saat rasa yang disebut cinta bersemi, perbedaan memisahkan kita, saling menunggu, membenci, tak peduli, pernah kita lalui, hingga rindu kembalikan kami, dan kesetiaan membawamu kembali untuk rasa yang dulu yang pernah kau beri. Harapan demi harapan terkisah mengiringi kebagagiaan, rasa yang dulu memudar oleh yang namanya pendewasaan kini jarak membuat kita semakin jauh, bahkan untuk sekedar bersua, kau relakan dirimu menembus pekatnya embun dan basah kuyup ditengah hujan pegunungan.

Masaku di mana malamku menjadi malam yang lalu, kini kembali datang padaku, ketika kesetiaan mulai tergoyahkan bukan karena rasa yang telah terpatahkan, namun kenyataan yang tak seindah kisah cinta memaksa restu untuk berbicara. Ketika mahkota sangat berharga, seakan diri ini membisu tak mampu apa-apa. Terasa kaki ini tak mampu lagi menopang bebanku untuk kembali berdiri, saat terdengar kata penyayat hati berkali-kali. Hanya jemari ini yang terbata mulai menulis kata, namun tak mampu ungkapkan rasa yang sesungguhnya, terus menari tanpa henti hingga ku lelah dan tak ingin lagi, namun air mata memaksaku untuk kembali ungkapkan tangisku. Sempat ingin ku tinggalkan hidup yang seperti ini dan memulai hidupku sendiri untuk kebahagiaan sebuah hati, namun sesuatu yang melingkar di jari manis kiriku seakan meronta dan tak ingin kulakukan ini.

Berharap waktu kan segera menjawab, tentang yang menjadi kegundahanku. Ku hanya berharap rasa yang telah lama terbina tetap terjaga, entah bagaimana akhir kisah ini nantinya. Aku tak ingin seorang menangis, ketakutanku saat yang tercinta menjadi benci bahkan tak peduli. Tak sanggup saat masa yang telah lalu terulang kembali, bukan karena ku tak bersamamu, namun karena ada hati yang tersakiti olehku. Ku pernah merasakan sakitnya tak terakui, namun hatiku merayu bahwa itu tak sesakit ketika ku melihat kesedihanmu. Ku ingin menjaga sebuah hati yang masih terkunci disini, akan ku tanggung derita lalu jika kau ingin dengan alasan bahagiamu.Ini waktuku kan menunggu sang waktu untuk menunjukan jawabnya untukku.


Sumber: https://www.google.com/search?q=malam&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj5ifWD0o7NAhWEtpQKHfR9CmkQ_AUIBygB&biw=1138&bih=548#imgrc=aoYeS2IrJtIxNM%3A  

Dapat diakses di https://www.facebook.com/notes/1031546183526137/

0 comments:

Post a Comment