Friday, October 9, 2015

Rembulan

Dimanakah Rembulan?..

Langkahku terhenti sejenak oleh rasa lelah sepulang kerja. Rumah mewah yang selalu sepi baru kusadari ternyata berpenghuni. Di salah satu jendela lantai dua aku melihat seorang gadis dengan tatapan kosong menghadap sang rembulan. Samar-samar pandanganku terbantu oleh bias cahaya rembulan. Pipi bulat seolah menyembul seiring dengan senyumnya menikmati angin tengah malam. Rasa penasaaranku mulai meninggi siapa sebenarnya gadis itu. Sudah lama aku tinggal di kawasan ini namun tak pernah kulihat penghuni, hanya ada mobil mewah yang sesekali keluar masuk gerbang melewati pintu gerbang. Rasa lelahku mengalahkan penarasanku dan membawaku melangkah menjauhi rumah dan gadis itu.

Malam berikutnya aku kembali berhenti di rumah itu. Seperti biasa ku melihat gadis itu sedang berada di jendela dan duduk meringkuk diatasnya. Kulihat dia menutupi wajahnya hingga rambutnya yang terurai terlihat tak beraturan. Kulihat dia lebih dekat, dan kudapati ia menampakan wajahnya dan membuatku terkejut. Seketika itu ku berusaha bersembunyi dibalik dinding rumahnya berhadap ia tak memperhatikanku. 

Kuperhatikan lebih jauh, dibawah cahaya rembulan... Tengah malam kutemukan gadis mungil yang sangat manis tersenyum mengayunkankan kakinya diluar jendela menikmati angin. Kumulai khawatir ia terjatuh karena ayunan kaki kecilnya terlalu cepat. Ku yakinkan diriku untuk meyakinkannya agar tidak melakukan hal itu karena sangat berbahaya. Sebelum aku sempat meneriakannya, ku lihat kilauan cahaya dari kejauhan. Dia menangis? Kenapa? Dalam hatiku bergumam berulang dan terus berulang. Ku perhatikan ia terisak dan tak bisa mengontrol tangisnya. Memegangi dadanya yang terlihat sakit dan nafasnya yang mulai sesak. Nialtku panjati pagar dan menengangkanya dalam hatiku bertanya bada diri sendiri kenapa harus memanjat, kenapa dia, dan kenapa aku. Namun, entah mengapa aku tatap melakukannya. Setelah ku akan berhasil melewati pagar ku dapat dia tersenyum, senyumannya membuatku meleleh bagaikan es krim yang mencair ditengah terik matahari. Kenapa lagi-lagi pertanyaan itu muncul, namun teralihkan senyumnya yang istimewa.

Tak lama tanpa berteriak ia menyadari kehadiranku dan merasa terancam. Suara jebretan yang keras memecah heningnya malam. Seperti perampok yang siap beraksi, aku sedang berada di atas pagar rumah sasaran dan siap menculik putri cantik di dalamnya. Malu rasanya setelah menyadari hal ini dan ku putuskan untuk kembali.

..........................

Rasa kantukku membuatku tak konsentrasi kuliah pagi ini. Tak biasa ku memikirkan seorang gadis yang tak kukenal. Sepulang ku dari kerja paruh waktuku biasanya selalu ingin cepat sampai dirumah dan beristirahat. Tapi tidak dengan dua hari ini, aku seperti tak bisa tidur demi berfikir keras mengenai gadis tengah malam itu. Aneh sekali, gumamku dalam hati sambil menulis beberapa tulisan mengenai gadis rembulan. HUuuaahhhh.. aku menguap tidak tahan dengan kantuku.

Mataku seolah terbelalak melihat gadis rembulan lewat didepan kelasku. Terlihat dari kaca rambutnya terikat rapi. Apa benar dia? Aku bertanya pada diriku sendiri. Pasti bukan, tolak batinku. Mana mungkin aku tak mengenalinya dan membuatku semakin bingung. AAhhhh sudahlaah.. Ku lanjutkan kuliahku dengan menutup mataku, ku sempatkan memejamkan mata di tengah ceramah seorang pengantar ilmu untuk sekedar mengobati rasa kantuk yang tidak dapat kuatasi dengan berbagai cara. Bahkan dengan memikirkan rembulan..

Sift sore.. Kembali ku bekerja untuk mengisi waktu luangku. Warung kopi adalah pilihan tempatku mencari tambahan uang jajanku sendiri. Selain mendapatkan penghasilan disini adalah tempatku memperbanyak relasi. Malam ini seperti biasa entah apa yang membawaku aku ingin sekali menemui rembulan. Waktu terasa sangat lama kurasa, berkali kali ku tatap jam tangan hitam di tangan kiriku yang seolah tak bergerak hanya bersuara. Tik.. tok.. tik.. tok... waktu terdiam bernyanyi seirama dengan laju detik yang seolah berbalik.

Waktu menunjukan pukul satu pagi, aku tak melihattnya lagi. Gadis rembulan tak kudapati berada dijendela hari ini. Sudah dua jam ku berada dibalik dinding yang tinggi. Ada yang meronta ketika ku ingin bertahan dan menunggunya. Seolah berorasi perutku berorasi dan mengeluarkan suara yang membuatku tersenyum sendiri. Dinginnya angin tengah malam membuat rasa laparku semakin terasa. Ku tatap sekali lagi jendela itu, berhadap ia kembali namun tidak .

Satu... Dua... Tiga... Empat... Lima... Enam... Tujuh... waktu berlalu hampir dua minggu ku tak melihatnya dan membuatku frustasi karena rembulan tak pernah kembali. Gelap dan rapat begitulah keadaan jendela Sang Rembulan yang kudapati selama dua minggu ini. Mungkin kamarnya sekarang pindah karena merasa terancam oleh kehadiranku waktu itu. Sejak hari itu, ku putuskan untuk melupakannya, gadis mungil misterius dengan permata disetiap senyumnya yang manis. 

Gadis Rembulan
Bersambung........

Related Posts:

  • Kelas Tambahan (218) 3 Maret 2014 Ekonomi Syariah Pukulenam pagi ku siapkan sarapanku untuk mempersiapkan diri agar berenergi hariini. Bersama kawanku ku menghabiskan waktu sarapan bersama hingga tak sadarwaktu telah menunjukan pukul enam… Read More
  • Kado Akhir Januari Disela gerimis, aku masih bisa mendengar suara kembang api yang silih berganti. Malam ini begitu berisik, entah apa yang terjadi diluar sana terdengar sangat ramai dan membosankan. Mungkin memang benar, ini adalah malam ta… Read More
  • Nada Tengah Malam Nada Tengah Malam  15 June 2015   Barisan nada pecahkan kesunyian.. Tak terasa mutiara bersumber dari mata mulai berjatuhan.. Seiring dengan pilunya kisah yang terlukiskan.. Ketakutan akan malam dan kesendirian.… Read More
  • TERCATAT Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE … Read More
  • Hujan dan Secangkir Kopi Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE … Read More

1 comment: