Hariku
penuh tidak seperti biasanya. Hingga rindu ini tertuju pada tempat tidurku.
Mata ini ingin sekali terlelap, lelah hingga terasa hangat, memerah dan
akhirnya mataku tidak bisa berbohong lagi dengan letih.
Bismillah…
Aku
ingin bermimpi…
Lelahku,
letihku, semua pergi seketika, tubuh ini terasa sangat ringan. Jalan gelap yang
tadi kulalui, membawaku ke sebuah keramaian khas alun-alun kota. Gerobak dan
lapak dagangan, jajan khas pinggiran jalan tertata tak beraturan memenuhi
lapangan yang cukup luas dibawah rindangnya pohon alun-alun.
Namun,
tidak ada satu orang pun kecuali aku disini. Kususuri sekelilingku dengan
pandanganku, tak lama pandanganku mengarah pada satu orang laki-laki paru baya,
sendiri yang sedang memilih topi, dan anehnya tiba-tiba muncul lagi penjualnya
yang sibuk menawarkan topi terbaiknya. Dalam hitungan detik keramaian itu
menjadi, hari ini sangat terik tetapi aku tidak merasakan panas sedikitpun,
sepi itu menjadi gerombolan orang yang penuh sesak berebut mengantri untuk lebih
dahulu dipenuhi pesanannya di pedagang kerak telur di sisi kiriku.
Mereka
semua sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, cuaca terik, keramaian, dan
padatnya lalu lintas tidak menghalangi kebahagiaan mereka. Mereka yang
berkeringat, beberapa diantaranya rambutnya sampai basah karena terik. Aku
masih berada di tempat yang sama mengelilingkan pandanganku memperhatikan di
sekelilingku. Ada yang bergandengan tangan dengan pasangannya, bercanda bahagia
dengan rekan yang sama-sama mengenakan putih abu-abu dengan gelas es di tangan
masing-masing, ada juga seorang Ayah yang sibuk menenangkan anaknya yang
merengek meminta es berwarna di sisi kanannya.
Pandanganku
menemukan sesuatu, perlahan ku hampiri terasa ringan tubuh ini, dan tidak ada
sulit sedikitpun untukku untuk menembus keramaian yang padat itu. Aku berhenti
di gerobak dagangan yang ramai namun sepertinya tidak ada yang memperhatikanku
sama sekali. Seorang laki-laki berkaus putih dan berkeringat sedang bekerja
keras menyiapkan pesanan untuk pelanggannya. Aku meraih satu untukku, tanpa
membayar aku pergi. Entahlah rasanya semua gratis untukku.
Gula-gula
awan merah muda. Seperti kapas terbuat dari gula dan pewarna, di olah dengan
pengolah sedemikian rupa, di gulung menggunakan kertas memanjang dan di bungkus
plastik bergambar animasi favorit anak-anak masa kini.
Aku
tidak pernah sebahagia ini sebelumnya, senyumku merekah sembari ku memeluk Si
Merah Muda tanpa peduli dengan keramaian yang memang tidak ada seorangpun yang
memperhatikanku. Aku menggenggamnya layaknya bantal guling di kamarku. Setengah
berlari aku menuju suatu tempat yang juga tidak ku ketahui namun aku sepertinya
punya tujuan yang pasti dan membuatku sangat penasaran.
Terhenti
sejenak, karena ku tersadar aku kembali ke tempat yang sama seperti datangnya
sebelum keramaian. Aku meraih gula-gulaku dan membukanya. Memakannya sedikit
demi sedikit, tangan kiriku menggengam bungkusannya dan tangan kananku menyobek
sedikit gumpalan gula berbentuk awan merah muda dan memasukan ke mulutku
perlahan.
Belum
sempat ku menelannya, ada seseorang yang meraih tangan kananku, ku lihat
tangannya putih menarikku berlari kea rah yang ku tuju tadi. Dalam waktu yang
tidak lama aku dapat melihat keseluruhan dirinya meski hanya bagian tubuh
belakangnya, rambutnya indah coklat kemerahan menari seiring dengan iramanya
berlari.
Seperti
menaiki angin, sampai ketempat yang berbeda, dia berhenti dan menghadap ke
arahku. Dia adalah temanku, teman akrabku, dia tersenyum dan meraih dua
tanganku sembari tertawa lebar dan cantik, disitu aku melupakan gula-gulaku.
Saat ini aku masih di alun-alun kota, namun tidak terlalu ramai, dan hanya ada
banyak kendaraan yang parkir, dan sedikit orang yang berlalu lalang, tidak ada
penjual, hanya ada penyewa sepeda, motor dan mobil elektrik.
Dia
mengajakku untuk mencoba salah satunya. Aku mencoba motor elektrik, kita
tertawa berasama dengan bahagia hingga…
Suara
yang tidak asing mendekat padaku, seseorang yang memang tidak asing juga
mendekat padaku, ia adalah seorang laki-laki yang mengenakan pakaian
berdominasi putih bermotif kotak-kotak tidak beraturan masa kini, pakaian yang
pertama ku lihat ia mengenakan kemeja. Pipinya berisi seperti saat kita
bertemu, mengenakan celana pendek seperti yang biasa ia kenakan.
Dan
cliiingg… sungguh ajaib.
Tiba-tiba
dia memegang gitar tak berkepala dan berganti menggunakan kaos berwarna biru
pudar persis saat pertama dia menemuiku. Mengajakku bermain motor elektrik dan
dia bernyanyi lagu yang juga akhirnya saat ini sering ku nyanyikan.
Saat
dia menyanyikan lagu latar belakang kita berada di tempat ngopi terbuka di mana
ada barista dan mejanya yang siap menyiapkan pesanan kita dengan waktu yang
cepat. Pandanganku tidak terlepas pada laki-laki itu, kita saling tersenyum
lepas tidak seperti biasanya, hanya bicara seadanya tersenyum sendiri-sendiri
berharap diantara kita tidak ada yang mengerti tentang pipi yang meranum dan
bibir yang sedikit menyungging. Kita saling memandang dalam waktu yang lama aku
yang terduduk dan dia masih berdiri.
Seketika,
gitar itu yang tadinya tidak berkepala menjadi patah terbelah dan tidak tahu di
mana belahan yang satunya. Ku lihat kebingungan di wajahnya, dan perempuan yang
tadi bersamaku tiba-tiba memalingkanku pada pandangannya. Dia memarahiku,
berbicara tetang keburukannya, gitarnya, dan juga tentang seorang wanita yang
membuatku patah hati dan kembali meneruskan memakan gula-gulaku yang entah
kapan kembali ke tangan kiriku.
Latar
belakang kembali ke keramaian alun-alun. Ku lihat kea rah laki-laki tadi
kembali mengenakan baju putih berkotak, tanpa gitar ditangannya, tidak lagi
tersenyum kepadaku. Ia menundukan kepalanya, pipinya sudah tidak lagi berisi
seperti tadi, persis dengan kondisinya saat ini, lebih terlihat tua dari
sebelumnya, tidak lagi mengenakan celana pendek melainkan celana panjang.
Ia
memunggungiku, perlahan hilang, dan semuanya pergi.
Gelap,
gelap, gelap…
Latar
belakang kembali langit-langit kamarku. Kupandangi dalam-dalam, ku ingat apa
yang terasa sangat nyata barusan.
Aku bermimpi…
Dari
sekian banyak nama yang pernah ku temui . . .
Kenapa
dia yang menari dalam mimpiku?
Dalam
pengunduran diri, tidak ada lagi kata rindu. . .
Namun
mengapa dia kembali menghampiriku?
Meski
pun hanya sekedar mimpi. . .
Mengapa
juga harus datang dan pergi?
Setidaknya
tinggalah sejenak disini,
Dalam
senyum dan kecewa yang nyata,
Untuk
jawaban iya dan tidak.
Sumber gambar : https://www.google.co.id/search?q=mimpi&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjLnf3HnbPQAhUFN48KHQVpBgwQ_AUICSgC&biw=1366&bih=662#imgrc=5iP8vNWIfPCy5M%3A
Emperor Casino Online | €500 Bonus + 100 Free Spins
ReplyDeletePlay Now ᐉ Emperor Casino online | Exclusive 100% up to €500 + 100 free spins! ☝ SIGN หาเงินออนไลน์ UP ▻ MEMBER SIGN UP ▻ Play at the Best Online 제왕 카지노 Casino! Rating: 4 · choegocasino Review by Shootercasino.com