Friday, November 13, 2015

Rembulan 2


Enam bulan berlalu.
Ku putuskan untuk berhenti dari kerja sampinganku. Aku memilih untuk fokus dengan tugas akhirku dan mengisi waktuku untuk mondar mandir menemui pembimbing agat dapat lulus tepat waktu.



Hari ini tidak ada matahari, kumpulan awan hitam berusaha untuk menghalangi cahayanya untuk hangatkan isi bumi. Oohh mendung.. gumamku dalam hati. Sore ini aku berniat untuk mencari referensi diperpustakaan, namun sedikit ku urungkan karena cuaca yg membuatku khawatir bagaimana nanti aku bisa pulang.

Niat baikku kalahkan bisikan-bisikan jahat yg menyerang. Aku tetap melangkah ke perpustakaan. Angin bertiup sangat kencang hingga menyibak rambutku dan menggoyangkan seluruh pohon yang berada disekitarku. Sebentar lagi hujan. Ku percepat langkahku agar tak temui hujan. Karena semua berkasku tak bisa terlindungi jika hujan.

Memang benar, sesampainya di perpustakaan turunlah hujan. Hujan yg sangat lebat namun tidak ada petir dan angin yg terlihat. Hanya suara bertubi dari langit dan membawa kesejukan tersendiri. Tanpa sadar ku tak beranjak cukup lama menikmati hujan. Tersadar banyak waktu yg terbuang. Aku langsung menuju lantai dua ruang perpustakaan untuk mendapatkan referesni yg aku butuhkan. Sesampainya dilantai dua, ruang perpus ternyata tidaklah sepi. Banyak rekanku juga yg berada disini. Mereka terjebak hujan hingga tak dapat pergi kemana-mana.

Dan pastinya aku tak dapat kursi untuk membaca kumpulan buku yg kubutuhkan untuk kupilih yg sesuai karena hal ini. Aku tidak mengenal seorangpun disudut ini. Karena rekanku berada disudut sana yg kursinya sudah penuh terisi. Bahagia ketika ku temukan bangku kosong disudut ruangan, seolah menemukan harta karus setelah seharian ini tidak berhenti berjalan kesana kemari karena sepedaku masih dalam perbaikan.
Ada seorang gadis yg bersamaku dalam satu meja. Gadis yg tak ku kenal namun tidak asing rasanya. Aku permisi dan pelahan duduk didekatnya karena sepertinya ia sedang terlelap. Dia memasrahkan kepalanya dimeja dan menutupinya dengan sebuah buku yg sangat lebar. Sepertinya itu adalah buku sejarah. Mungkin dia anak sejarah. Ahh tak peduli.

Aku mulai membaca buku perlahan agar ia tak terbangun. Memilah beberapa buku sembari menikmati hujan yg sepertinya tidak kunjung mereda. Kulihat gadis itu tak bergerak sama sekali. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Namun, juga takut mengganggunya.

Ku lihat jam tangan merah hati ditangannya dan sadarkanku bahwa waktu menunjukan pukul lima. Tak terasa sudah dua jam berada disini. Bersama gadis yg bahkan tidak ingin melihatku. Ku ambil buku ku tanpa hati hati, sengaja ku lakukan untuk membangunkannya namun tidak ada respon sama sekali. Dan ku putuskan untuk kembali, sebelumnya ku menuju tempat pemunjaman buku, agar dapat ku baca dirumah setidaknya untuk beberapa minggu.

Aku langsung bergegas ke lantai satu setelah selesai melakukan prosedur peminjaman. Tanpa tersadar pandanganku mengarah ke tempat dimana tadi aku duduk. Aku terkejut ketika sudah tidak kudapati gadis malas tadi. Langkahku ku percepat entah apa yang kukejar rasanya ada seseorang yang sedang kucari.

Tak jauh berbeda dengan lantai dua, di lantai satu pun masih banyak rekan mahasiswa yang menunggu hujan reda. Mataku menelusuri setiap mata manusia ditempat ini tapi tak kutemui gadis malas tadi. Aku bahkan tak melihat wajahya sama sekali. Mengapa aku mencarinya aku pun heran dengan diriku ini. Seperti ada yang aneh, aku tak pernah terobsesi seperti ini kepada seorang gadis kecuali rembulan.

Kuputuskan untuk segera pulang dan mencari tempat start berlari karena ada pekerjaan yang lain yang harus aku selesaikan. Sisi samping perpustakaan adalah tempat yang sepi, mungkin tak apa jika aku berlari dari sini. Aku mulai mebereskan isi tasku agar terlindung dari air hujan sebisa mungkin. Kegiatanku terhenti karena ternyata ada orang lain berada ditempat ini. Gadis kecil dengan payung merah hati. Wajahnya tertutup bagian payung yang besar dan membuat tubuhnya semakin terlihat mungil.  Ia mulai mengulurkan tangan kanannya dan membasahinua dengan air hujan dan mulai bernyanyi. Suaranya sangat merdu dan kaki ini seolah ditarik oleh medan magnet yang sangat kuat untuk mendekat.

Lebih dekat, dan sangat dekat. Akhirnya ku berdiri disampingnya. Dia yang menyadari kehadiranku berhenti bernyanyi dan seketika itu terdiam. Bingung harus berbuat apa, akhirnya aku putuskan untuk meninggalkannya dan bersiap berlari seperti yang sudah tadi ku rencanakan. Aku akan start berlari dari tempat ini.

Saat kekuatanku mencapai titik maksimal dan siap berlari melawan hujan. Tangan lembut menahanku seakan menurunkan levelku hingga game over. Gadis berjam tangan merah hati yang duduk bersamaku dalam satu meja perpustakaan menahanku dengan tangan kirinya. Ini jam tangan tadi benarkah dia. "Kak, pulang denganku saja, bukankah kita searah?"

Tik tok tik tok seakan hanya ada bunyi jam tangan. Terkejut dan gemetar saat ia membalikan badan dan berhenti bersembunyi di balik payungnya,

Bersambung.....

0 comments:

Post a Comment