Saturday, July 22, 2017

Sebuah Kisah (1)

Aku rasa aku menyukai seseorang ketika aku masih kelas dua SMP. Dia seseorang yang tidak terlalu terkenal. Dia sangat pendiam, aku tidak pernah satu kelas dengannya. Aku tidak tahu apa yang membuatku menyukainya. Aku selalu suka saat dia lewat di kelasku. Bahkan aku sengaja duduk di tempat dimana aku bisa selalu melihatnya dengan teman temanya lewat.

Suatu hari kita mempunyai jadwal olahraga yang sama karena ada penilaian. Saat itu aku asik dengan duniaku sendiri dan tidak memperhatikan temanku saat bicara. Aku hanya menatapnya. Aku bahkan tidak khawatir dengan diriku sendiri yang selalu lemah dalam olahraga padahal saat itu penilaian lari memutari lapangan sebanyak 8 kali. Saat giliranku tiba aku seperti biasa selalu tertinggal menjadi urutan terakhir, dadaku terasa sesak dan rasanya mau pingsan saja. Tapi aku harus menyelesaikan ini, bahkan aku kehilangan sebelah sepatuku karena terlepas saat aku berlari. Dengan susah payah aku menyelesaikan lariku, tanpa sadar orang itu ternyata berlari bersama denganku, dan mengembalikan sepatuku dengan tersenyum. Rasanya cintaku terbalas...

Namun apa yang terjadi, di SMA dia menjadi sangat berubah. Dia populer bukan hanya di kalangan laki-laki sebagai temanya tetapi juga perempuan. Banyak yang datang kepadanya dan menyatakan cinta. Dia terlihat menjadi sangat tampan meski aku sudah menyadarinya sejak dulu. Dia menjadi populer dan aku merasa sangat jauh meski aku satu kelas dengannya. Lagi-lagi aku harus melihatnya dari jauh.

Bukan hanya itu saja yang berubah, dia menjadi sangat jahat, lebih tepatnya kasar. Sejak SMA dia selalu pulang satu bus denganku. Bahkan kegiatan tambahan yang kita ikuti sama, yaitu musik jadi kita selalu pulang bersama. Awalnya memang aku sangat senang, namun di dalam perjalanan dia selalu menyalahkanku karena ketidak-hatianku. Meski begitu aku juga tetap senang karena setidaknya dia bicara padaku, walaupun aku sadar semakin jauh saja aku menggapainya. Tapi aku tetap menyukainya.

Akhirnya sore itu aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Sore itu aku dan dia baru saja selesai dari kegiatan musik. Dengan perasaan campur aduk akhirnya kata kata itu sampai di telinganya. Dia tidak berkata apa-apa dan pergi meninggalkanku begitu saja. Dan sore itu aku tidak pulang dengannya seperti biasa.

Paginya, teman sekelasku menatapku. Mereka semua seperti menertawakanku. Ternyata Dia memberi tahu semua teman sekelas bahwa aku menyatakan perasaannya padanya. Dia hanya diam dan bahkan tidak memperhatikanku ketika teman-teman sekelas sedang menginterogasiku. Diantara mereka ada yang memuji keberainanku dan diantara mereka ada juga yang memakiku. Pagi itu aku sangat malu dan sakit hati, rasanya aku tidak ingin berada didunia untuk momen itu dan berpindah ke hari selanjutnya.

Di kantin juga demikian, mungkin beberapa diantara mereka mendengar itu dari teman sekelasku. Malu sekali rasanya tidak ingin kemana-mana. Aku ingin sekali menangis, namun disaat yang sama Dia duduk disampingku dan semua orang menyoraki kita. Aku masih ingat asam manis Jus jeruk yang dia belikan waktu itu di kantin. Meski dia tidak bicara apa-apa aku tetap senang.

Setelah kejadian itu, aku merasa di intimidasi oleh penggemarnya. Mereka menatapku dengan tatapan tidak suka. Namun aku senang mempuanyai teman kelas yang selalu melindungiku. Mungkin mereka menertawaiku tapi mereka tidak pernah berbicara di belakangku. Mereka selalu membelaku ketika banyak perempuan yang menghinaku dan mengomel tentang ketidak pantasanku dengannya. Ya benar, aku memang tidak terkenal, tidak terlalu cerdas, dan juga tidak cantik. Namun temanku selalu meyakinkanku bahwa aku yang terbaik karena berani mengungkapkan perasaanku sendiri tidak seperti penggemarnya yang hanya melihatnya.

Lewat kejadian itu, aku termotivasi untuk menjadi cantik. Teman-temanku memberikan saran untuk memanjangkan rambutku agar terlihat lebih anggun. Beberapa diantara mereka memberikan beberapa jenis perawatan badan dan wajah. Mereka teman sekelasku mendukungku. Beberapa kali aku melihat dia tersenyum ketika teman-temanku sibuk dengan penampilanku. Hingga suatu hari temanku meminjamkan pakaiannya yang sudah tidak muat supaya aku memakainya agar menjadi lebih cantik dan populer. Saat aku mencoba memakainya, semua siswa laki-laki mengagumiku dan menyarankanku pada dirinya. Namun apa yang terjadi di luar dugaanku dan teman temanku. Dia malah memarahiku, dia memakiku dan itu benar-benar membuatku sakit dan akhirnya menyerah.

“Sadarlah, jika kau memang tidak pantas untukku, berpenampilan apapun tetap saja akan seperti itu.”

Setelah hari itu aku benar-benar berhenti. Teman sekelasku juga begitu mereka kehilangan harapan denganku. Aku sudah berkomitmen untuk tidak menyukainya lagi mulai detik itu. Aku sengaja untuk pulang lebih lambat agar tidak pulang dengannya. Tapi sepertinya selama apapun menunda kita selalu keluar gerbang disaat yang sama. Hingga waktu kelas satuku pun berakhir kita masih saja seperti itu.

Liburan kenaikan kelas aku merasa sangat bosan. Sesekali aku bersepada di pagi hari, dan ternyata selama ini aku baru menyadari jarak rumah kita berdekatan. Aku sering bertemu dengannya yang sedang lari pagi. Dia memasuki rumah yang sering aku lewati ketika aku bersepeda. Saat aku tahu ternyata rumahnya di tempat yang biasa aku lewati aku berputar arah agar tidak melewatinya agar tidak di sangka mencari perhatian. Begitulah liburanku berakhir.

Kelas dua, tidak ada yang berubah aku masih sekelas dengan teman sekelasku, jadi mau tidak mau aku harus bertemu lagi dengannya. Rasanya sangat lelah. Namun pagi itu aku dia lewat depan rumahku dan menyapaku “Selamat Pagi” dan membuatku kembali jatuh cinta. Ah gampang sekali. Nyatanya memang seperti itu. Aku kembali jatuh cinta padanya dan memutuskan untuk kembali menatapnya dari jauh seperti dahulu, karena aku memang menyukainya.

Lagi-lagi aku menikmatinya. Ketika dia tersenyum dan tertawa bersama teman temanya. Duduk berjauhan memang paling bagus agar aku bisa melihatnya dengan puas. Tapi siapa sangka dia memilih duduk di belakangku itu membuatku tidak nyaman.  Mungkinkah dia juga merasakan seperti ini? Mana mungkin dia sadar jika aku selalu melihatnya. Begitulah caraku menenangkan diriku sendiri.

Kelas dua, ada yang berubah, bukan dengan dia. Tapi dengan sikap anak laki-laki terhadapku. Mereka menjadi memperhatikanku. Aku bertanya pada teman temanku dengan sikap mereka. Teman-temanku hanya menjawab santai mereka bilang aku berubah. Tapi aku tidak merasa berubah, mungkin hanya penampilanku saja. Saat ini aku meneruskan untuk memanjangkan rambutku, aku ternyata menyukainya dan senang merawatnya, tanpa terasa aku membeli beberapa vitamin karena aku suka jika rambutku mudah di atur. Ku akui juga Ibuku mulai memperhatikan penampilanku dan memberikan produk perawatan yang tadinya juga disarankan teman temanku tapi karena ibuku memaksa akhirnya aku memakainya. Karena sudah terbiasa memakainya ketika tidka memakai rasanya ada yang kurang jadi aku rutin memakainya.

Meski temanku bilang aku berubah dan mulai populer di kalangan laki-laki tapi Dia masih tidak melihatku sama sekali. Hingga suatu hari ada kakak kelas yang masuk ke kelasku di waktu istirahat. Dia tampan populer dan juga cerdas, dia juga atlet sekolah jadi aku mengenalnya. Dia dengan tiba-tiba menyatakan cinta di depan teman sekelasku termasuk Dia yang saat itu sedang duduk di belakangku. Aku menolaknya dengan halus, meski kakak itu memaksa dan sangat paham aku menyukai Dia tapi alasannya karena aku bukan pacarnya jadi masih ada kesempatan untuknya. Namun tetap saja aku tidak bisa dengannya. Keputusanku membuat rekan sekelasku terutama perempuan menyesalkannya.

Sepulang sekolah setelah kejadian itu, rasanya sangat canggung. Aku seperti membuat kesalahan dan rasanya ada orang yang setiap detik menatapku dengan rasa tidak suka. Seperti biasa aku jalan dengannya menuju halte bus. Karena waktu itu sudah hampir malam, busnya sepi dan kosong. Saat itu dia bicara padaku. Dia bertanya padaku.

“Kau bilang menyukaiku.” Dia dengan nada menyebalkan.

“Eh.” Aku hanya melihatnya kebingungan memang benar aku menyukainya tapi bagaimana lagi.

“Kenapa kau tadi bilang kau tidak punya pacar.” Dia masih tidak mau menatapku.

“Aku memang menyukaimu, tapi aku harus bagaimana, bahkan kamu tidak pernah menyukaiku sama sekali.” Akhirnya emosiku pun meluap.

“Mulai sekarang jika ada yang bilang menyukaimu bilanglah aku pacarmu.” Dia menghaluskan nada bicaranya meski masih tidak melihatku.

“eh.” Aku sangat terkejut dan hanya mengiyakannya karena dia sangat menakutkan seperti aku yang salah.

Sejak hari itu, Dia kembali duduk di depan. Dia semakin jauh dariku tapi aku bisa menatapnya sekarang. Dia seratus persen dalam pengawasanku. Entah dia lupa dengan yang di katakan kemarin aku sangat senang. Hingga saudara kembarnya (seorang perempuan) dia tidak pernah bersekolah dengan kami menghubungiku. Dia ingin aku menemainya di rumahnya karena Ayah Ibu dan tentunya Dia pergi ada keperluan dan dia tidak bisa ikut. Tentu saja aku sangat terkejut

Saudara kembarnya memberitahukan hal yang membuatku sangat senang. Ini rahasia tapi aku sangat senang mendengarnya. Dia selama ini selalu memperhatikanku, dia mengoleksi beberapa fotoku bahkan saat kelas satu smp di pelajaran olahraga. Beberapa fotoku sangat memalukan karena aku yang saat itu olahraga selalu kepayahan. Ada juga fotoku yang sedang tertawa lepas dengan teman temanku. Ahh memalukan sekali.

Saudara kembarnya kesal menceritakan bahwa dia seringkali menghabiskan tinta printernya hanya untuk mencetak fotoku. Dengan tulus aku meminta maaf pada saudara kembarnya dan kita tertawa bersama. Aku di beritahu alamat blognya yang jelas jelas aku sudah tahu, karena aku menghormati saudara kembarnya aku membacanya lagi. Ternyata tulisan tentang “aku dan dia” adalah cerita tentang aku dan dia yang ditulis setiap hari olehnya.

Sore itu, aku mengerti. Bahwa aku tidak jatuh cinta sendiri.


Terima kasih telah mengizinkan aku jatuh cinta.

Related Posts:

  • Seketika Kita saling menyapa. Saling berpuisi seakan mengerti keindahan arti dari tiap bait yang tertulis tentang sebuah kekaguman. Berangan-angan tentang masa depan bersama. Hingga suatu malam.. "Malam ini aku telah melamarnya."… Read More
  • Cup of Coffee 4# CINTA Dosalah aku yang telah terjatuh Hanya dengan mata aku terjerat Hanya dengan suara aku tertipu Aku tidak tahu mengapa Namun aku melihat syurga disana Meski ku tidak tahu tentang kehendak Bolehkan aku berhara… Read More
  • Cup of Coffee 3# PERKENALKAN ! Perkenalkan aku, Seseorang yang mencoba berbeda dari biasanya, Ingin lebih tertunduk, Pada setiap ayat yang menjadi kepastianNya, Bukan menjadi seseorang yang baru, Melainkan menjadi lebih baik dari yang… Read More
  • Pengunduran Diri Waktu berputar seperti roda kecil yang menggulung dengan cepat mewakili masa, menyadarkan kita akan hal yang telah dilalui. Tentang dua roda kecil yang mengisi angan dan harapan lalu dan masa depan, mewakili rindu akan ses… Read More
  • Puisi Tentang seorang gadis yang mengartikan sebuah genggaman. Berasal dari beberapa puisi yang membuat harinya merona, memberikan harapan kepadanya akan terisinya sela jari dengan jari sang pujangga setelah ikrar atas nama ag… Read More

0 comments:

Post a Comment